Polusi cahaya dan tutupan awan menjadi kendala utama saat harus mengabadikan obyek antariksa yang relatif redup seperti komet Lovejoy. Sejumlah astronom amatir Tanah Air beruntung bisa mengabadikan lawatan sekali seumur hidup komet tersebut.
Salah satu yang berhasil mengabadikan adalah Muhammad Rayhan dari Himpunan Astronom Amatir Jakarta. Ia membidik Lovejoy pada Rabu (7/1/2015) lalu dari Planetarium Jakarta sekitar pukul 01.00 WIB dini hari. Lovejoy tampak sebagai titik dengan pendaran hijau.
Dari Yogyakarta, astronom amatir Danang D Saputra dari Jogja Astro Club berhasil mengabadikan Lovejoy dua kali. Satu foto dihasilkan dengan kamera dan teleskop, sementara yang lain dihasilkan hanya dengan kamera.
Foto hasil jepretan dengan teleskop adalah hasil pengamatan di markas Jogja Astro Club pada Sabtu (10/1/2015). Sementara foto hasil jepretan kamera saja dihasilkan lewat pengamatan dari rumah Danang di Polowidi, Yogyakarta, pada hari yang sama.
Terakhir, astronom amatir Juned mengabadikan Lovejoy dari Tangerang Selatan pada Sabtu minggu lalu. Juned mengabadikan Lovejoy yang tampak sebagai titik hijau bersamaan dengan bintang Aldebaran yang menyala merah. Lovejoy diabadikan hanya dengan kamera DSLR.
Cara paling mudah mencari Lovejoy adalah menghadapkan kamera ke utara, kemudian mengarahkannya ke atas sekitar 85 derajat. Lovejoy akan berada dalam pandangan mata ketika melihat ke arah tersebut.
Komet Lovejoy ditemukan astronom amatir Australia, Terry Lovejoy, pada 17 Agustus 2014 lewat pengamatan dengan teleskop 0,2 meter Schmidt–Cassegrain. Lovejoy punya nama asli C/2014 Q2, tetapi lebih sering disebut Lovejoy, sesuai nama penemunya.
Terry Lovejoy sendiri sudah menemukan lima komet, salah satunya C/2011 W3, yang juga disebut komet Lovejoy. Penampakan C/2014 Q2 Lovejoy adalah fenomena sekali seumur hidup. Setelah saat ini, komet itu baru akan tampak 8.000 tahun lagi. Jangan lewatkan!
EmoticonEmoticon