Sejak Ananda kecil, Ibu selalu membimbing dan mengasuhnya dengan kasih sayang. Jika Ananda melakukan kesalahan, Ibu tak pernah menggunakan kekerasan, melainkan menasihatinya penuh kelembutan serta ketulusan hingga menyadari kesalahannya. Kisah mengenai Ananda menggambarkan bentuk, tipe, dan pola sosialisasi dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimanakah bentuk, tipe, dan pola sosialisasi selengkapnya? Mari simak bahasan berikut.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari bahasan ini, kalian diharapkan mampu memahami mengenai bentuk, tipe, dan pola sosialisasi.
A. BENTUK SOSIALISASI
Sosialisasi dapat dibedakan atas dua bentuk, yakni sosialisasi primer dan sosialisasi sekunder. Light, Keller, dan Calhoun (1989) mengemukakan bahwa setelah seseorang mendapatkan sosialisasi dini yang dinamakannya sosialisasi primer (primary socialization), maka selanjutnya ia akan mendapatkan sosialisasi sekunder (secondary socialization).
Sosialisasi primer adalah sosialisasi pada tahap-tahap awal kehidupan seseorang. Berger dan Luckmann (1967) menjelaskan sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil, dimana ia belajar menjadi anggota masyarakat. Hal itu dipelajarinya dalam keluarga. Sosialisasi primer akan mempengaruhi seorang anak untuk dapat membedakan dirinya dengan orang lain yang berada di sekitarnya. Sementara sosialisasi sekunder, adalah proses berikutnya yang memperkenalkan individu ke dalam lingkungan di luar keluarganya, seperti sekolah, teman bermain, serta lingkungan kerja.
B. TIPE SOSIALISASI
Berdasarkan tipenya, proses sosialisasi yang berlangsung dalam masyarakat dapat dibedakan atas:
a) Sosialisasi formal
Terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut ketentuan yang berlaku dalam negara, seperti pendidikan di sekolah.
b) Sosialisasi informal
Berlangsung di masyarakat atau dalam pergaulan yang yang bersifat kekeluargaan, seperti antara teman, sahabat, sesama anggota kelompok sosial.
Baik sosialisasi formal maupun sosialisasi informal tetap mengarah kepada pertumbuhan pribadi individu agar sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di lingkungannya.
a) Sosialisasi formal
Terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut ketentuan yang berlaku dalam negara, seperti pendidikan di sekolah.
b) Sosialisasi informal
Berlangsung di masyarakat atau dalam pergaulan yang yang bersifat kekeluargaan, seperti antara teman, sahabat, sesama anggota kelompok sosial.
Baik sosialisasi formal maupun sosialisasi informal tetap mengarah kepada pertumbuhan pribadi individu agar sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di lingkungannya.
C. POLA SOSIALISASI
Gertrude Jaeger (2004), membagi sosialisasi ke dalam dua pola, yakni pola sosialisasi represif dan partisipatoris. Sosialisasi represif (repressive socialization) menekankan pada hukuman atas kesalahan. Ciri lain dari sosialisasi represif adalah penekanan penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan, penekanan terhadap kepatuhan anak pada orangtua, penekanan pada komunikasi bersifat satu arah, non-verbal dan berisi perintah, penekanan sosialisasi terletak pada orangtua dan keinginan orangtua, serta peran keluarga sebagai significant others.
Sosialisasi partisipatoris (participatory socialization) merupakan pola dimana anak diberi imbalan ketika berperilaku baik. Selain itu, hukuman dan imbalan bersifat simbolik. Dalam proses sosialisasi ini, anak diberi kebebasan. Penekanan diletakkan pada interaksi dan komunikasi bersifat lisan. Sedangkan yang menjadi pusat sosialisasi adalah anak dan kebutuhannya. Keluarga menjadi generalized others.
Secara lebih terperinci, dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Sosialisasi represif (repressive socialization), ciri-cirinya yaitu:
• Menghukum perilaku yang keliru.
• Hukuman dan imbalan materiil.
• Kepatuhan anak kepada orang tua.
• Komunikasi sebagai perintah.
• Komunikasi non-verbal.
• Sosialisasi berpusat pada orangtua.
• Anak memperhatikan harapan orang tua.
• Dalam keluarga biasanya didominasi oleh orang tua.
2) Sosialisasi partisipasi (participatory socialization), ciri-cirinya antara lain:
• Memberi imbalan bagi perilaku yang baik.
• Hukuman dan imbalan simbolis.
• Otonomi bagi anak.
• Komunikasi sebagai interaksi.
• Komunikasi verbal.
• Sosialisasi berpusat pada anak.
• Orangtua memperhatikan keinginan anak.
• Dalam keluarga biasanya mempunyai tujuan yang sama.
1) Sosialisasi represif (repressive socialization), ciri-cirinya yaitu:
• Menghukum perilaku yang keliru.
• Hukuman dan imbalan materiil.
• Kepatuhan anak kepada orang tua.
• Komunikasi sebagai perintah.
• Komunikasi non-verbal.
• Sosialisasi berpusat pada orangtua.
• Anak memperhatikan harapan orang tua.
• Dalam keluarga biasanya didominasi oleh orang tua.
2) Sosialisasi partisipasi (participatory socialization), ciri-cirinya antara lain:
• Memberi imbalan bagi perilaku yang baik.
• Hukuman dan imbalan simbolis.
• Otonomi bagi anak.
• Komunikasi sebagai interaksi.
• Komunikasi verbal.
• Sosialisasi berpusat pada anak.
• Orangtua memperhatikan keinginan anak.
• Dalam keluarga biasanya mempunyai tujuan yang sama.
RANGKUMAN
1) Berdasarkan bentuknya, sosialisasi dapat dibedakan atas sosialisasi primer dan sosialisasi sekunder.
2) Berdasarkan tipenya, proses sosialisasi terbagi atas sosialisasi formal dan sosialisasi informal.
3) Pola sosialisasi dapat berwujud represif (repressive socialization) maupun partisipatoris (participatory socialization).
2) Berdasarkan tipenya, proses sosialisasi terbagi atas sosialisasi formal dan sosialisasi informal.
3) Pola sosialisasi dapat berwujud represif (repressive socialization) maupun partisipatoris (participatory socialization).
EmoticonEmoticon