Situs megalit Gunung Padang di Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, 30 Mei 2014. Tim Riset Mandiri Gunung Padang mengungkapkan bahwa situs dibangun oleh empat kebudayaan berbeda, yang tertua diperkirakan mencapai umur 10.000 tahun.
Koin logam ditemukan di situs Gunung Padang, Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur. Tim ilmuwan yang menemukan mengklaim, koin itu berusia 5.200 tahun.
Wakil Ketua Tim Nasional Penelitian Gunung Padang Bidang Arkeologi, Ali Akbar, memastikan bahwa koin yang ditemukan di Gunung Padang merupakan artefak murni. Pasalnya, koin tersebut buatan manusia. Namun, koin itu bukan uang, melainkan jimat.
"Berdasarkan peneltian awal, sejauh ini artefak yang berbentuk koin itu tidak ditemukan satuan ukur. Yang ada motif yang sama di kedua sisinya," kata Ali ketika ditemui di situs pada Selasa (16/9/2014).
Ali mengatakan, motif yang ada di kedua sisi itu terdiri dari beberapa jenis, di antaranya motif gawangan dan motif bulatan. Adapun motif gawangan terlihat mengelilingi pinggiran artefak yang menyerupai koin tersebut.
Motif bulatan yang masing-masing memiliki diameter 0,3 milimeter membentuk lingkaran menyerupai untaian kalung mutiara. Bulatan itu tepat berada di tengah artefak. Jumlah bulatan diperkirakan 84 buah setelah dilakukan trace.
"Diameter logam ini 17 milimeter, sedangkan diameter lingkaran yang ada di tengah logam sekitar 10,5 milimeter. Adapun ketebalan logam ini 1,5 milimeter. Untuk bahannya, diperkirakan perunggu karena tidak memiliki pengaruh dengan medan magnet," ujar Ali.
Ali mengatakan, artefak berwarna hijau kecoklatan yang diduga mengalami oksidasi itu diperkirakan usianya sangat tua. Hal itu dilihat dari kedalaman artefak yang terpendam 11 meter di bawah teras lima situs Gunung Padang.
"Acuan sementara jika melihat kedalamannya, usia artefak ini bisa di atas 5.200 SM. Sebab, dari hasil penelitian, yakni usia lapisan tanah yang kami temukan berkisar 500-5.200 SM. Usia 5.200 SM itu pun untuk lapisan tanah di kedalaman empat meter," kata Ali.
Menurut Ali, artefak itu merupakan hasil penyedotan material yang dikeluarkan dari pipa ketika melakukan pengeboran di kedalaman 11 meter. Akan tetapi, mesin bor itu tidak merusak situs.
"Di sampingnya, ada ruang gerak untuk sirkulasi air sehingga artefak itu tersedot dan tidak rusak. Ada kemungkinan artefak itu terpendam di pasir, bukan di atas batu. Untuk sementara, baru satu yang ditemukan," ujar Ali.
EmoticonEmoticon