Ilmuwan mengungkap asal-usul pandemi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Seks bebas, penggunaan jarum suntik secara tidak steril dalam layanan kesehatan, dan perkembangan transportasi massal menjadi sebab utama pandemi.
Untuk mengungkapnya, Oliver Pybus, pakar biologi evoludi dan penyakit infeksi di Oxford University, menganalisis genom HIV dari 814 orang di Afrika bagian tengah yang dikoleksi selama 30 tahun.
Pybus dan rekannya melihat adanya mutasi pada genom virus itu. Dengan melihat jejak mutasi, ilmuwan bisa menyusun pohon kekerabatan sehingga nenek moyang virus mematikan itu bisa diketahui.
Berdasarkan analisis, diketahui bahwa lokasi awal perkembangan epidemi HIV adalah kota Kinshasa. Dulu, kota tersebut termasuk wilayah Zaire, kini termasuk wilayah Republik Demokratik Kongo.
Diberitakan National Geographic, Kamis (2/10/2014), sebelumnya, ilmuwan telah mengetahui bahwa HIV merupakan hasil mutasi dari Simian Immunodeficiency Virus (SIV) yang menginfeksi simpanse. Dari hasil mutasi, dikenal dua tipe HIV, disebut HIV-1 dan HIV-2.
HIV-1 sendiri terbagi menjadi beberapa sub-tipe, M dan O. HIV-1 sub-tipe M merupakan jenis menginfeksi 90 persen penderita HIV/AIDS dunia. Sementara, Sub-tipe O dan HIV-2 hingga kini menginfeksi orang dalam jumlah terbatas di Afrika Barat.
Pybus dan timnya mengungkap, sebelum tahun 1960-an, HIV tipe 1 dan 2 menyebar dengan kecepatan yang sama. Hingga setelahnya, HIV-1 sub-tipe M menyebar dengan cepat seiring modernisasi.
Diberitakan BBC, Kamis (2/10/2014), industrialisasi mendatangkan banyak buruh laki-laki ke Kinshasa. Jumlah laki-laki di kota itu akhirnya mencapai 2 kali lipat dari jumlah perempuan. Ini kemudian mendorong bisnis prostitusi marak.
Sementara prostitusi marak, kesadaran kesehatan minim. Seks tak aman. Penyakit menular seksual marak. Pengobatan penyakit menular seksual pun dibantu dengan jarum yang tidak steril. Akhirnya, penyakit justru merebak, termasuk HIV.
Di sektor lain, transportasi ikut membantu. Sejumlah sejuta orang telah wara-wiri dengan kereta dari Kinshasa ke wilayah sekitarnya. Lewat seks dan media lain, mereka pun membawa virus HIV ke wilayah sekitarnya.
Hingga awal tahun 1960, dipercaya HIV telah menyebar ke Haiti lewat seorang pekerja yang pulang kampung. Selanjutnya, virus menyebar ke wilayah Afrika lain sebelum memicu pandemi pada tahun 1980-an.
Peter Daszak dari EcoHealth Alliance mengatakan, satu pelajaran yang bisa dipertik dari pandemi HIV adalah, perkembangan pertanian, industri, dan transportasi perlu diimbangi dengan pengetahuan dan layanan kesehatan yang memadai.
Dari kiri ke kanan, John O'Keefe, Edvard Moser, dan May-Britt Moser, peraih Nobel Kedokteran 2014. Ilmuwan Amerika Serikat yang berkarya di Inggris, John O'Keefe serta peneliti asal Norwegia, May Britt dan Edward Moser meraih Nobel Kedokteran-Fisiologi 2014 berkat jasanya menemukan sistem navigasi otak.
Panitia Nobel menganugerahkan penghargaan senilai 1,1 juta dollar AS di Karolinska Institute, Swedia, pada Senin (6/10/2014). Mereka menyebut, temuan penerima nobel kali ini memecahkan masalah yang dihadapi para ilmuwan dan filsuf selama berabad-abad.
Pertanyaan atau masalah besar tersebut adalah: bagaimana otak membuat peta tentang apa yang ada di sekeliling kita dan bagaimana kita bisa melakukan navigasi lewat lingkungan yang kompleks?
Ole Kiehn, anggota komite nobel serta profesor di Departemen Neurosains Karolinska Institute mengatakan, ketiga ilmuwan penerima nobel telah menemukan "GPS tubuh yang memungkinkan kita mengetahui posisi serta menemukan jalan."
O'Keefe, kini direktur Pusat Sirkuit Saraf dan Perilaku di University College London menemukan elemen pertama sistem navigasi itu pada tahun 1971. Ia mengetahui adanya hippocampus, area otak yang aktif saat tikus berada di suatu ruangan.
Mengetahui bahwa hippocampus tersebut teraktivasi saat tikus berada di tempat baru di sebuah ruangan, O'Keefe berkesimpulan bahwa bagian otak itu adalah "kumpulan sel tempat" yang membentuk peta.
Dikutip Reuters hari iniUta Frith, profesor perkembangan kognitif di University College London, mengatakan bahwa dengan penemuan O'Keefe, maka kini sangat mungkin memetakan pikiran.
Penelitian O'Keefe ditindaklanjuti oleh Edward Moser dan May-Britt Moser. Pasangan suami istri ini dahulu belajar merekam aktivitas sel-sel hippocampus di laboratorium O'Keefe sebelum akhirnya pindah ke Norwegia.
Kurang lebih 10 tahun setelah belajar, duet Moser menemukan area yang disebut "grid cells". Area ini diketahui merupakan bagian yang bertanggung jawab untuk terus menerus menciptakan peta baru sehingga hewan tahu di mana mereka berada dan tempat yang telah dikunjungi.
Bill Harris, kepala bagian fisiologi, perkembangan, dan neurosains di University of Cambridge mengungkapkan bahwa temuan ketiga ilmuwan itu bukan hanya merevolusi pandangan manusia tentang otak.
"Tapi juga membuka pintu pada masalah memori tempat dan bagaimana kita belajar dan mengingat rute navigasi, dan manfaat tidur dan mimpi pada memori dan performa kita," terangnya.
Meskipun manfaat nyata dari temuan ini belum ada, namun hasil riset ini membuka pintu untuk memahami hilangnya kesadaran tentang lokasi pada pasien dengan stroke, dementia, dan Alzheimer.
Sejak diberitahu bahwa dirinya menerima nobel, O'Keefe mengakushock. Sementara, May-Britt Moser langsung merayakannya dengan minum champagne bersama koleganya begitu menerima kabar.